welcome

Selasa, 18 Agustus 2009

100ribu

Seratus Ribu

“Ririn!!!” teriak Abi memanggilku yang hendak pergi menuju kantin sekolah.
“Kamu disuruh ke Kopsis sekarang.” Kata Abi memberitahuku.
Aku sudah bisa memperkirakan apa yang akan dibicarakan oleh pegawai Kopsis nanti. Ternyata perkiraanku benar. Teh Ina, pegawai Kopsis memperlihatkan jumlah nominal uang yang harus ku bayar. Semuanya berjumlah 143.000 rupiah dan harus ku lunasi dalam waktu seminggu ini karena minggu depan Kopsis akan tutup buku. Aku masih bersyukur karena sekolahku masih bisa mengutangkan buku paket maupun LKS pada murid-muridnya, termasuk aku sendiri dan diberi tenggang waktu sampai dengan akhir semester untuk membayarnya.
Sebenarnya Kopsis sudah memberitahukan hal ini kepadaku sejak satu minggu yang lalu. Namun aku masih belum bisa membayar semuanya. Uang sakuku pas-pasan hanya untuk ongkos dan sedikit untuk jajan. Sementara kalau harus minta ke orang tua, aku tak bisa. Aku tidak mau menyusahkan dan membebani kedua orang tuaku. Aku sudah banyak berterima kasih kepada mereka yang rela bersusah payah banting tulang demi menyekolahkan aku sampai tingkat SMA ini. Sudah cukup mereka terbebani dengan keharusan membayar iuran bulanan sekolahku dan adik-adikku. Jadi, aku merasa kalau masalah uang buku ini adalah tanggung jawabku sendiri.
Sekarang masalahnya adalah bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan uang yang menurutku jumlahnya tidak sedikit itu dalam waktu hanya satu minggu saja. Aku sudah mencoba mengumpulkan uang dari uang jajanku. Namun akhirnya ketika uang itu sudah lumayan terkumpul, terpaksa ku gunakan untuk keperluan sekolah yang lain. Seperti untuk tugas kelompok, untuk browsing di warnet, print tugas di rental computer, dan sebagainya. Dalam waktu terakhir ini aku juga sudah mencoba mengirimkan beberapa tulisanku baik berupa puisi, opini, maupun cerpen pada majalah remaja di kotaku, namun tulisanku itu tidak dimuat juga. Selain itu, aku pun sudah beberapa kali mengikuti lomba cerpen ataupun kuis teka-teki silang, namun sampai saat ini belum terdengar berita yang menggembirakan yang sampai di telingaku.
Aku pulang dengan langkah gontai dan sejuta pikiran memenuhi benakku. Sesampainya di rumah, ku lihat Ibuku dengan raut wajah yang lelah karena telah berkeliling menjual gorengan-gorengannya. Aku merasa terenyuh melihat malaikatku itu. Ingin sekali aku membahagiakannya, membuatnya tersenyum dan ingin juga aku bisa sedikit meringankan beban di pundaknya. “Ya Tuhan, semoga Engkau memberikan jalan keluar atas permasalahanku ini. Aku yakin bahwa Engkau tidak akan membebani hamba-Mu melebihi kemampuannya." Pintaku dalam hati.

* * *
“Hari yang cerah." Komentarku dalam hati. Hari ini memang sangat cerah, namun tidak secerah perasaan dan pikiranku. Aku masih terbebani dengan uang buku yang harus ku bayar. Dalam waktu beberapa hari terakhir ini aku baru bisa mengumpulkan uang sebanyak 50 ribu rupiah yang dengan susah payah aku sisihkan dari uang jajanku selama ini.
Terik matahari siang ini membuat tenggorokanku menjadi kering kerontang. Kebetulan, seorang penjual minuman dingin menawarkan dagangannya kepadaku. Tanpa ragu lagi aku pun membelinya. Berjuta kesegaran aku rasakan ketika aku meminumnya. Seperti mata air di tengah gersangnya gurun pasir.
Minuman yang tadi ku beli telah habis ku minum. Kemudian mataku tertuju pada tulisan di tutup kemasan gelas minumanku. “Gosok dan temukan hadiah di balik hologramnya.” Dengan menggunakan uang logam, aku menggosok hologram itu sampai tipis, lalu terlihat beberapa angka di baliknya. Terdapat angka 1 dan lima buah angka nol.
“Seratus ribu!!!” ucapku dalam hati. Aku sedikit kaget melihat deretan angka itu. Kebetulan sekali, saat ini aku memang sangat menbutuhkan uang sebanyak itu.
Segera aku mempercepat langkahku menuju rumah dan sesampainya di rumah aku segera pergi ke toko sebelah rumahku untuk menukarkan hadiah dari minuman tadi. Beberapa lama kemudian penjaga toko itu memberikan satu lembar uang seratus ribu rupiah kepadaku.
Ku terima lembaran uang itu. Ku rasakan dadaku terasa lapang. Semua beban di pundakku perlahan-lahan mulai terkikis. Segala penat dalam pikiranku juga mulai berkurang.
“Fuihhh…..” Aku menghembuskan napas dengan lega. “Alhamdulillah, Ya Allah Engkau telah memberikan jalan keluar dengan rizki yang Engkau berikan ini kepadaku. Terima kasih Ya Allah.” Ucap syukurku dalam hati.

* * *

Buah Karya :
Lia joe
dtrbitkan : PR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar