welcome

Senin, 23 Februari 2009

entah...

hati terombang ambing dalam bahtera yang tak tentu arah...

sampai kapan ombak laut kan menuntun arah lajunya bahtera hati ini...

kehidupan ini...

belum ku maknai sepenuhnya...

entahlah...

mungkin mereka juga merasakan hal yang sama...

Kamis, 19 Februari 2009

why..??

knapa dia tak bisa mengerti....

apa yg qu lakukan selama ni demi kebaikannya juga...

jika memang harus berakhir, mengapa mesti dipaksa dilanjutkan..???

uh...

andai dia mengerti keadaan ini...

qu juga tak ingin menjauh darinya...

tapi bagaimana...hanya ini solusinya...

i'm sowry dear...

how will i know if u still....

if I late and you go far away from me...

come back...

satu lagi...

dan entah berapa lagi...

yang datang mengunjungi bagian ini...

sesuatu yang berarti....

baby, i know all about your secret....

please forgive me....

demi aku, datanglah....

i'm fool again...

Lupus kemana..??

tanpa tiang, langit masih bisa berdiri kokoh...

tanpa dahan, pohon masih bisa berdiri tegak...

tanpa bulan, langit malam masih bisa bersinar...

tanpa kamu, apa aku masih bisa bertahan...???

Rabu, 18 Februari 2009

entahlah...

langit terasa begitu gelap...

mendung...

tak bersinar...

tak cerah...

oh...

ku tau sebabnya...

rupanya dia yang menghalanginya...

Permainan Hati

Pagi di hari Minggu yang indah, seindah hati Lala, seorang gadis berumur 17 tahun. Hari ini Lala dan teman-teman sekelasnya akan pergi ke Ciwidey dalam rangka acara perpisahan kelas. Rencananya mereka akan menginap di villa milik salah satu temannya.

Untuk kesekian kalinya Lala mengamati dirinya dalam cermin. Balutan t-shirt ungu agak ketat, celana jens pendek, topi warna ungu dan tatanan rambut yang dikucir layaknya ekor kuda membuatnya terlihat semakin manis.

Setelah mempersiapkan semuanya, Lala berpamitan pada Mamanya kemudian berangkat ke sekolah tempat teman-temannya dengan kesal sedang menunggunya.

Hai, semua…!!” sapa Lala pada teman-temannya. Tak seorang pun dari mereka yang menyahut.

Huh..dasar orang gunung, gak pernah datang tepat waktu!” ucap Ega dengan nada mengejek.

Lala melikrik jam tangannya. Ups, sudah jam setengah sembilan. Artinya ia sudah ngaret satu jam lebih. Mungkin hal inilah yang membuat teman-temannya bĂȘte setengah mati.

Sory, ya…! aku dah buat kalian nunggu lama.”

Harap maklum teman-teman, dia kan mesti turun gunung dulu…” lagi-lagi Ega mengatainya anak gunung, walaupun nyatanya rumah Lala memang agak di gunung.

Lala menatap Ega dan memasang wajah kesal. Padahal mimik wajah yang diperlihatkannya pada cowok yang ada di depannya itu tidak sama seperti yang ada dalam hatinya. Ada satu rasa yang tersembunyi dalam hati Lala pada orang yang sering mencelanya itu. Ia telah memainkan hati dan perasaannya sendiri.

Entah mengapa Lala bisa menyimpan rasa suka pada cowok atletis itu. Padahal hampir setiap waktu ia selalu beradu mulut ataupun saling mencela dengannya dan entah mengapa juga teman-teman sekelasnya malah suka menjodoh-jodohkannya.

Udah, kalian jangan berantem mulu deh. Sekarang kita berangkat!! Semuanya naik kendaraan sesuai dengan yang ditentukan tadi.” Teriak Aris, sang ketua kelas memberikan instruksi.

Lha, aku naik apa, Ris?” Tanya Lala.

Kamu naik motor sana !”

Sama siapa?”

Tuh, sama Ega.”

HAH??” Lala tersentak mendengar jawaban Aris. Ia bakal naik motor bareng Ega?? “Oh, my God!!” keluh Lala seolah menolak untuk pergi bareng Ega. Padahal sebenarnya ia sangat gembira dengan hal ini. Lala dengan pintarnya dapat menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya itu.

Masa aku mesti boncengan ma dia?? Mendingan aku naik angkot sendiri aja.” Protes Lala.

Heh, emang kamu pikir Ciwidey itu ada di depan mata?? Pergi aja sana sendirian, lagian gak ada ruginya buat aku.” Tutur Ega sambil menyalakan ninja hijaunya. Sementara teman-temannya yang lain sudah siap-siap untuk berangkat. Sebagian naik mobil, sedangkan sisanya naik motor dengan boncengannya masing-masing.

Udah, gak usah gengsi lah..sama jangan GR juga. Cepetan naik!! Kalo nggak bakal aku tinggalin skalian!!” ucap Ega sedikit memaksa.

Degan ‘topeng’ muka cemberut, Lala melangkah dan duduk di jok motor cowok yang diam-diam disukainya itu. Tak ada seorang pun yang tahu isi hati Lala yang sebenarnya.

Dadanya berdegup kencang saking senangnya bisa sedekat itu dengan Ega. “Oh, Tuhan, mimpi apa aku semalam??” bisik Lala dalam hati. “Tapi kok aku bisa sama dia ya? Ah..ini pasti kerjaan teman-teman lagi nih!!”

Ehem..ehem..suit cuiww!!” sorakan teman-teman menggoda Lala dan Ega. Tampak keduanya salah tingkah atas godaan teman-temannya itu.

Motor terus melaju dengan kecepatan sedang. Lala dan Ega masih diam seribu bahasa. Keduanya terlarut dalam pikiran dan perasaannya masing-masing.

Eh, La! Tau nggak??” Tanya Ega memecah kebisuan di antara mereka.

Apa??” Tanya Lala sambil mendekatkan telinganya pada Ega seraya memperjelas pendengarannya. Kini ia begitu dekat dengan Ega. Terasa jantungnya berdetak kencang, dag dig dug tak karuan.

Tau nggak, anak apa yang paling jelek?” Tanya Ega mencoba memberikan tebak-tebakan.

Anak itik buruk rupa.” Jawab Lala.

Salah.”

Hmm..anak monyet kalee..”

Masih salah.”

Owh, pasti anaknya ortu kamu ya??hehe..”

Enak aja! Salah besar. Masa anak gunung kagak tau sih!”

Apa donk??”

Mau tau jawabannya?”

Iya apa?”

Anak yang paling jelek tuh…anak-anak bilang sih kamu!!hehe..” jawab Ega cengengesan.

Huh, gak lucu tau!!”

Canda tawa dan saling mencela di antara mereka kemudian bisa mencairkan suasana.

***

Ayo, La! Pilih jujur atau berani?” Tanya Riska pada Lala saat mereka sedang bermain ‘jujur atau berani’ malam itu.

Lala tampak kebingungan untuk memilih satu diantaranya. Jika ia memilih jujur, ia khawatir teman-temannya akan menanyakan hal yang bersifat pribadi padanya. Namun, jika ia memilih berani, ia juga takut nanti teman-temannya yang super jahil itu akan menyuruhnya berbuat yang macam-macam seperti yang tadi mereka lakukan pada Edi, dengan mendandaninya seperti seorang waria. Terlebih lagi Edi yang malang itu disuruh jalan-jalan di luar dengan dandanan seperti itu.

Oh, no!!” Lala tidak bisa membayangkan dirinya dipermalukan seperti itu.

Aku pilih jujur.” Akhirnya Lala memutuskan dengan cemas.

Teman-temannya berunding untuk menentukan pertanyaan apa yang akan mereka tanyakan pada Lala.

Kamu siap, La dengan pertanyaannya?” Tanya Riska bersemangat. Kemudian Lala mengangguk.

Pertanyaannya simple aja kok. Tapi harus dijawab benar-benar jujur dalam hati yah…pertanyaannya adalah…apa kamu suka sama Ega??”

DEGG!! Bagai tersambar petir di siang bolong Lala mendengar pertanyaan itu. Jantungnya kembali berdetak kencang. Keringat dingin perlahan meluncur di dahinya. Semua mata tertuju padanya. Ia berusaha untuk tampak tenang, sementara di sisi lain Ega pun merasakan hal yang sama.

Lala bingung jawaban apa yang harus ia berikan? Apa ia akan benar-benar berkata jujur ataukah ia akan memainkan hatinya lagi. Ia sendiri pun tidak tahu perasaan Ega padanya. Apa Ega suka padanya atau tidak karena selama ini Ega bersikap biasa-biasa saja padanya.

Semua orang yang ada di ruangan itu tampak menanti jawaban dari Lala, begitu juga dengan Ega. Keheningan kian menyelimuti mereka.

Aku akan coba jawab dengan jujur…” ucap Lala memulai perkataannya. “Sebenarnya..sebenarnya aku nggak punya rasa apa-apa padanya…” dengan berat hati Lala berkata seperti itu sambil menatap Ega. Lagi-lagi ia telah memainkan hatinya sendiri. Teman-temannya tampak kecewa dan tidak puas atas jawaban Lala. Namun, Lala tidak tahu apa yang dirasakan oleh Ega. Apa ia juga merasa kecewa seperti yang lainnya atau malah biasa saja??

***

Jarum jam di tangan Lala sudah menunjukkan hampir tengah malam. Sementara ia masih duduk di beranda depan sambil memandangi langit tang bertabur jutaan bintang. Hembusan angin malam membisikkan untaian perkataan yang beberapa jam lalu ia katakana pada semua temannya.

Belom tidur?” Tanya seseorang yang suaranya sudah tidak asing lagi bagi Lala.

Lala yang baru tersadar dari lamunannya segera menyahut. “Keliatannya gimana?” ucap Lala dingin.

Gi ngapain malem-malem gini sendirian di luar?” Tanya Ega yang kini telah duduk tepat disampingnya. “Lagi mikirin aku yah??”

Yee..sori aja ya!! Lagian kamu juga ngapain pake bawa-bawa selimut segala??”

Niatnya sih tadi aku mo pindah tidur ke ruang tengah coz di kamar sepi uy..Eh waktu ku liat di luar jendela, ada yang lagi duduk di sini, kirain hantu…taunya emang hantu..hehe..hantu gunung!!”

Enak aja!!”

Emang enak hehe..”

Sesaat kemudian mereka membisu, terhanyut oleh pikirannya masing-masing. Lala masih merasa deg-degan karena di malam yang sunyi itu ia hanya berdua saja dengan Ega, terlebih lagi ia merasa nggak enak pada Ega sejak permainan jujur berani tadi.

Dingin, ya? Mau pake selimut?? Atau mau aku peluk??” Tanya Ega memecah kebisuan.

Lala sangat kaget mendengar ucapan Ega. Ia tahu Ega sedang bercanda, namun candaannya kali ini lain dari biasanya. Lala hanya bisa menatapnya kemudian tanpa diminta, Ega menyelimutinya. Pipinya serasa memerah atas perlakuan Ega. Kini mereka berselimut berdua di tengah dinginnya malam.

Hangat. Hanya itulah yang sedang Lala rasakan. Bukan karena selimut yang dipakaikan Ega, tapi kehangatan dari sikap Ega malam itu.

Langitnya indah, yah? Banyak bintangnya..” ucap Ega lembut.

Oh, Tuhan..romantis banget!!” bisik Lala dalam hati.

La, aku mo nanya sesuatu.” Lagi-lagi Ega berkata dengan lembut yang membuat jantung Lala semakin berdesir. “Apa..apa yang kamu bilang tadi di permainan jujur berani itu memang jujur dari dalam hati kamu??” Tanya Ega dengan hati-hati.

Lala kaget setengah mati, bahkan hampir mati rasanya mendengar pertanyaan Ega. Ia tidak bisa berkata sepatah kata pun. Ia hanya bisa menatap Ega.

Apa kamu benar-benar jujur, La?”

Kenapa..kenapa kamu nanya gitu, Ga?” akhirnya satu kalimat berhasil keluar dari mulut Lala.

Karena..karena aku harap nggak begitu, La!!” jawab Ega lembut.

Lala hampir mati beneran mendengar ucapan Ega barusan. Jantungnya benar-benar harus kerja keras lagi karena berdegup kencang.

Aku harap semua yang kamu bilang itu bohong, La karena tanpa ku sadari ternyata aku suka sama kamu, La. ”

Oh, Tuhan, apa semua ini mimpi?? Apa ia memang serius?” Lala hanya bisa berceloteh dalam hati sementara ia lihat sorot mata Ega yang tampak berbeda dari biasanya.

Hening…sunyi…

Lala mengambil napas sebelum menjawab pertanyaan Ega yang menyesakkan dada. Sedangkan Ega tampak gelisah menanti jawaban Lala.

Tadi sebenarnya…aku bohong sama kalian semua…aku juga dah bohongin hati aku sendiri, Ga!” akhirnya kalimat ini yang keluar dari mulut Lala.

Jadi artinya…kamu juga suka sama aku, La??”

Sebuah anggukan malu-malu menjawab pertanyaan Ega.

Yeah..akhirnya aku bisa mendapatkan hati anak gunung ini!!” ucap Ega sangat gembira sambil mengacak-acak rambut Lala dengan mesra. Lala pun merasa bahagia akan hal ini. Tak peduli apakah Ega kali ini memang benar-benar serius atau tidak, yang penting baginya adalah ia tidak membohongi hatinya lagi.

Gelora asmara menyelimuti mereka berdua. Dengan tersenyum bahagia, sang bulan mengintip di tengah gelapnya malam dan tanpa mereka sadari juga, teman-teman mereka sedang mengintip di balik tirai. “Yeah!! Misi kita telah berhasil!!” soraknya gembira.

welcome 2 my zone...

hai smua...

ni blog aqu...

isinya ga penting2 amat sii...

cuman jadi media buaw aqu aza bwt nulis...

nulis cerpen, puisi, atau curahan hati...

hoho...